Dituding Pencitraan Karena Menangis saat Temui Nenek Miskin, Ini Jawaban Menohok Kapolres Bangkalan

Dituding Pencitraan Karena Menangis saat Temui Nenek Miskin, Ini Jawaban Menohok Kapolres Bangkalan

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Pilkades serentak Kabupaten Bangkalan dengan peserta 149 desa tengah memasuki tahapan pembentukan panitia pemilihan kepala desa (P2KD). Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) setempat menyebut, pembentukan P2KD merupakan tahapan paling krusial bahkan berpotensi rawan konflik.

Kondisi ini direspon Kapolres Bangkalan, AKBP Wiwit Ari Wibisono bersama jajaran polsek merapatkan barisan dengan melakukan perencanaan terkait perencanaan pengamanan dengan harapan terwujudnya harkamtibmas menjelang hingga pasca pelaksanaan pilkades serentak.

Bagi kapolres, pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) menjelang pelaksanaan pilkades serentak 2023 tidak cukup hanya dengan mengandalkan perencanaan menyusun pengamanan. Dibutuhkan pendekatan sosial-religius, memberikan bantuan sekaligus meminta doa dari warga yang berada di garis kemiskinan ekstrem.

“Manusia seperti saya sebagai kapolres dan seluruh jajaran sudah berupaya keras untuk menjaga keamanan melalui perencanaan. Tetapi jangan lupa, ada sisi non manusia. Yaitu doa dari mereka yang memiliki kebutuhan hidup. Dari segi itu yang kita mainkan dalam rangka menjaga harkamtibmas, sebentar lagi ada pilkades,” ungkap Wiwit kepada SURYA, Minggu (18/9/2022).

Pernyataan Wiwit mengacu gelaran blusukan ke rumah 10 warga yang berada di garis kemiskinan ekstrem di Desa Lerpak dan Desa/Kecamatan Geger, Sabtu (17/9/2022). Ia terpaksa mengendarai kendaraan Utility Task Vehicle (UTV). Kendaraan khusus jalur non-jalan yang ia beli saat menjabat Kapolres Pacitan itu juga membawa beberapa karung beras.

Menurut Wiwit, manusia seperti dirinya dengan beban tugas menjaga keamanan sebuah kabupaten tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan kekuatan manusia. Apalagi dihadapkan dinamika kompleks kegiatan masyarakat termasuk gawe besar seperti pilkades di 149 desa.

“Kita sudah bekerja dengan baik, menyusun perencanaan dengan baik, tetapi kekuatan dan sepintar-pintarnya manusia masih kurang. Jadi saya berupaya membawa kekuatan Tuhan karena selain berdoa sendiri, doa paling mujarab adalah doa anak yatim piatu, doa orang yang kesusahan, dan doa kiai. Kekuatan inilah yang juga perlu kami berdayakan,” jelasnya.

Disinggung terkait momen ketika ia meneteskan air mata di hadapan seorang ibu renta dengan pendengaran kurang baik, Wiwit menuturkan bahwa hal itu merupakan reaksi spontan dari perwujudan empati. Ia didampingi Kasatlantas AKP Azis Solahudin, Kapolsek Geger, AKP Suyitno, perangkat desa, tokoh pemuda, tokoh ulama.

“Momen tatkala ibu renta itu menangis melihat kehadiran kami, momen saya melihat orang tua itu sebagai ibu kita, momen ia kesulitan mencari makan. Bayangkanlah kita punya gaji, mudah cari makan. Apa gak menangis ketika ia berharap kebutuhan kehidupan dari para tetangga, masih ada orang-orang seperti itu,” tuturnya sambil menghela nafas panjang.

Pendekatan sosial-religius yang dilakukan Wiwit menuai beragam komentar dari kalangan masyarakat. Beberapa di antaranya menilai langkahnya dinilai bergaya ala seorang politisi yang tengah melakukan pencitraan.

Namun hal itu tidak digubris Wiwit. Bahkan baru sebulan ia menjabat Kapolres Bangkalan, Wiwit sudah mengantongi daftar warga kategori miskin ekstrem se-Kabupaten Bangkalan.

Blusukan memberikan bantuan berupa uang maupun voucher belanja menjadi rutinitas yang ia lakukan di kala waktu jogging di jalan raya atau dalam perjalanan pulang ke rumah dinas.

“Ada yang nyinyir juga. Kapolres bukannya bekerja, kok bergaya politisi. Bagi-bagi itu urusan pemkab. Mereka itu tidak tahu kerja kami itu luas dalam menjaga harkamtibmas. Tidak hanya duduk di kantor, kita harus turun, kita harus mencari doa, kita harus punya empati. Tupoksi kita melindungi, melayani, dan mengayomi. Ya ambil sisi yang mengayomi itu, melindungi dan mengayomi masyarakat yang susah,” pungkasnya. *****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.

error: Content is protected !!
Exit mobile version