5 Penyebab Tidak Menstruasi Setelah Berhenti KB Hormonal

5 Penyebab Tidak Menstruasi Setelah Berhenti KB Hormonal

harianfakta.com – Beberapa wanita tidak mengalami menstruasi setelah berhenti atau melepas KB hormonal. Kondisi ini lantas menyebabkan mereka cemas akan gangguan reproduksi, terlebih jika terbukti tidak positif hamil.

Kontrasepsi atau KB hormonal dijadikan andalan pasangan suami istri yang sedang menunda anak atau mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.

Manfaat lain dari KB hormonal yaitu meredakan nyeri haid dan cenderung mengurangi volume darah menstruasi (pada wanita dengan PCOS atau masalah reproduksi lain).

Di Indonesia, ada beberapa jenis KB hormonal yaitu:

  1. Pil KB kombinasi
  2. Pil mini
  3. Suntik
  4. Implan atau susuk
  5. IUD hormonal

KB hormonal juga menjadi pilihan banyak orang karena wanita masih memiliki peluang besar untuk hamil setelah berhenti menggunakan kontrasepsi tersebut.

Namin, tubuh wanita umumnya membutuhkan waktu selama beberapa bulan untuk kembali ke siklus normal setelah menghentikan kontrasepsi hormonal. Sehingga, wajar jika kebanyakan wanita tidak langsung menstruasi setelah berhenti KB.

Namun, ada beberapa masalah kesehatan lain yang mungkin bisa mempengaruhi siklus haid wanita setelah melepas KB. Agar lebih paham, berikut beberapa penyebab wanita tidak menstruasi setelah berhenti KB.

1. Stres

Stres bisa dipicu karena kegiatan seharihari seperti pekerjaan kantor atau aktivitas di rumah. S

Selain itu, para wanita juga bisa mengalami stres berat karena peristiwa hidup, seperti kematian orang terdekat.

Stres yang tidak tertangani dapat memengaruhi keseimbangan hormon. Hal ini lantas menyebabkan siklus menstruasi wanita tidak teratur.

2. Efek berat badan

Kenaikan atau penurunan berat badan yang dramatis ternyata juga memengaruhi siklus haid wanita.

Wanita yang mengalami penurunan berat badan dapat menyebabkan wanita mengalami amenore sekunder.

Ini merupakan kondisi saat seseorang mempunyai siklus menstruasi yang normal akan tetapi dirinya berhenti haid selama 3 bulan atau lebih secara berurutan.

Sementara itu, kelebihan berat badan membuat wanita memiliki tingkat jaringan adiposa yang tinggi dalam tubuh. Ini menyebabkan gangguan pada kadar hormon normal seperti insulin dan globulin pengikat hormon seks sehingga siklus menstruasi pun bisa terganggu.

3. Sindrom ovarium poliklistik (PCOS)

Salah satu penyebab paling umum dari siklus tidak teratur adalah sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ini adalah gangguan hormonal yang menyebabkan pembesaran ovarium dengan kista kecil di tepi luar.

Penyebab sindrom ovarium polikistik belum begitu dipahami, tetapi dapat melibatkan perpaduan faktor genetik dan lingkungan.

Gejala PCOS antara lain:

  • menstruasi yang tidak teratur
  • pertumbuhan rambut berlebih
  • jerawatan
  • obesitas

PCOS dapat diatasi dengan pil KB untuk mengatur menstruasi. Tak heran, seorang wanita dengan PCOS yang berhenti konsumsi pil KB berisiko alami kekambuhan.

4. Polip rahim dan tumor (fibroid)

Polip rahim dan fibroid merupakan gangguan reproduksi yang membuat seorang wanita mengalami siklus haid yang tidak teratur. Hal ini karena polip dan fibroid terjadi sebagai respons fluktuasi hormon yang mengatur siklus haid.

Keduanya mungkin terdengar menakutkan, namin polip dan fibroid sama-sama bersifat non-kanker. Polip rahim biasanya tumbuh di endometrium, sementar fibroid di dalam rahim yang dapat menyebabkan menstruasi terasa sangat menyakitkan.

5. Hormon tiroid tidak seimbang

Tahukah Anda bahwa hormon tiroid memainkan peran besar dalam siklus menstruasi Anda? Ya, jumlah hormon tiroid di tubuh dapat memengaruhi volume darah saat haid serta mengakibatkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur.

Gangguan tiroid juga dapat menyebabkan menstruasi berhenti selama beberapa bulan atau lebih.

error: Content is protected !!
Exit mobile version