Bahaya Menghirup Debu bagi Kesehatan Pernapasan

Bahaya Menghirup Debu bagi Kesehatan Pernapasan

harianfakta.com – Paparan debu dalam kehidupan sehari-hari sering kali sulit untuk dihindari. Nah, tubuh manusia memiliki berbagai sistem pertahanan untuk menangkal bahaya dari menghirup debu. Namun, ketika debu terhirup secara terus-menerus atau dalam jumlah berlebih, Anda berisiko mengalami gangguan pernapasan.

Jenis-jenis partikel debu yang perlu Anda tahu

Debu adalah jenis polusi udara yang paling umum dan dapat berasal dari berbagai sumber. Ada debu yang bisa terlihat secara kasat mata, ada pula yang tidak.

WHO mengklasifikasikan beberapa jenis debu berdasarkan ukurannya. Jenis debu yang biasanya Anda lihat menumpuk di permukaan perabotan rumah adalah polutan.

Debu yang bisa berada lebih lama di udara dan menyebar dalam jarak yang lebih jauh adalah partikel. Kebanyakan partikel debu tidak bisa terlihat. Ukuran debu yang lebih kecil lagi adalah materi partikulat (PM) yang hanya bisa terdeteksi dengan alat khusus.

Saat terhirup, debu yang berukuran lebih besar biasanya akan terperangkap dalam hidung dan mulut. Jenis debu ini selanjutnya bisa dikeluarkan dengan mudah ketika menghembuskan napas melalui hidung, batuk, atau bersin.

Sementara itu, debu yang ukurannya lebih kecil atau halus justru lebih berisiko menimbulkan bahaya saat terhirup. Pasalnya, debu dalam bentuk partikel atau materi partikulat bisa masuk ke saluran napas yang lebih dalam, seperti bronkus atau paru-paru, bahkan bisa menyerap ke dalam aliran darah.

Bahaya lainnya adalah debu yang lebih kecil dapat membawa masuk mikroorganisme penyebab infeksi yang memicu penyakit paru-paru serius.

Apa bahaya debu untuk kesehatan pernapasan?

Selain dari ukuran, bahaya kesehatan dari menghirup debu juga bergantung dari jumlah debu yang terhirup, lama waktu paparan debu, dan bagian saluran pernapasan tempat debu terperangkap.

Berikut ini adalah bahaya yang bisa ditimbulkan akibat menghirup debu pada sistem pernapasan.

1. Alergi

Umumnya, debu berukuran besar yang terperangkap di hidung bisa langsung menimbulkan refleks batuk dan bersin. Reaksi ini sebenarnya merupakan sistem pertahanan tubuh untuk segera mengeluarkan debu dari saluran napas.

Namun, debu yang terperangkap di dalam hidung juga bisa memicu alergi rinitis (hay fever). Debu akan merangsang timbulnya reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap zat asing. Akibatnya, muncul gangguan pernapasan seperti batuk, bersin, hidung tersumbat, dan hidung berair.

Selain itu, alergi rinitis bisa menimbulkan gejala seperti mata gatal, merah, dan berair. Gangguan pada pernapasan bisa terus berlangsung selama pasien alergi terpapar debu. Reaksi alergi bisa berhenti ketika pasien menghindari paparan debu atau mengonsumsi obat alergi.

ARTIKEL TERKAIT

ALERGI

Gejala Alergi Paling Umum Hingga yang Jarang Dikenali

Reaksi alergi terjadi ketika sistem imun bereaksi secara berlebihan terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Berhubung penyebab dan tingkat keparahannya beragam, gejala alergi bisa bervariasi pada tiap orang. Ada yang hanya mengalami hidung meler dan gatal, ada pula pasien dengan reaksi parah yang dapat membahayakan jiwa. Semua gejala tersebut disebabkan oleh pelepasan senyawa yang […]

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro• Nov 25, 2020

2. Iritasi saluran napas

Jika Anda menghirup debu dalam jumlah besar dan secara terus-menerus, debu bisa mengiritasi saluran napas atas seperti hidung dan tenggorokan.

Selain menimbulkan batuk atau bersin, bahaya dari iritasi debu di saluran napas juga bisa memicu gejala sakit tenggorokan seperti tenggorokan gatal, perih, dan kering.

Paparan debu dalam jangka panjang nantinya bisa merusak jaringan di sekitar hidung dan tenggorokan. Kondisi ini bisa meningkatkan produksi dahak di saluran napas atas.

Penumpukkan dahak bisa menghalangi jalan udara sehingga menyebabkan sesak napas. Jika telah mengiritasi laring (kotak suara), Anda juga bisa mengalami suara serak.

3. Infeksi saluran pernapasan

Debu berukuran partikel atau yang lebih halus bisa membawa bakteri, virus, atau jamur yang menyebabkan infeksi pernapasan.

Beberapa jenis pernapasan infeksi tersebut bisa menyebabkan pilek atau flu yang menyerang saluran pernapasan atas.

Namun, partikel debu yang sangat halus juga bisa membawa bakteri, virus, atau jamur tertentu sampai ke saluran pernapasan yang lebih dalam seperti trakea, bronkus, dan paru-paru.

Debu yang lebih halus bahkan bisa melindungi mikroorganisme penyebab infeksi dari sistem penyaringan di saluran napas bawah.

Infeksi akan merusak jaringan yang melindungi saluran napas, selanjutnya menyebabkan penumpukan lendir di paru-paru. Kondisi ini bisa mengakibatkan gejala sering sesak napas.

Menghirup debu yang membawa mikroorganisme penyebab infeksi di paru-paru bisa menyebabkan beberapa penyakit seperti:

    bronkitis,

    emfisema,

    pneumonia, dan

    penyakit pernapasan obstruktif kronis (PPOK).

4. Pneumoconiosis

Melansir Canadian Centre for Occupational Health and Safety, aktivitas atau pekerjaan yang memungkinkan pekerjanya menghirup debu secara terus-menerus bisa menyebabkan bahaya seperti pneumoconiosis.

Pneumoconiosis ditandai dengan munculnya jaringan parut atau luka (fibrosis paru) yang mengelilingi jaringan paru-paru yang sehat.

Kerusakan jaringan di paru-paru tersebut disebabkan oleh paparan debu yang mengandung zat kimia berbahaya seperti asbes, berilium, dan kobalt.

Pneumoconiosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru-paru sehingga membuat pasien kesulitan bernapas dan berisiko tinggi mengalami gagal napas.

Jika Anda sering mengalami gangguan pernapasan yang diduga akibat menghirup debu, segera periksakan kondisi pernapasan ke dokter. Begitu pun ketika paparan debu menyebabkan bahaya berupa iritasi mata dan kulit.

Melalui pemeriksaan medis, dokter bisa menentukan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

Ikuti informasi terbaru dan cerita para pejuang COVID-19 di sekitar kita. Ayo gabung komunitas sekarang!

10

Topik

226

Postingan

4.7k

Anggota

Informasi penting COVID-19

Update COVID-19

Vaksinasi: Apa yang perlu Anda ketahui

Komunitas pendukung kesehatan mental

Sembuh dari COVID-19

error: Content is protected !!
Exit mobile version