Transplantasi Paru, Prosedur Pembedahan untuk Mengganti Organ Paru

Transplantasi Paru, Prosedur Pembedahan untuk Mengganti Organ Paru

harianfakta.com – Pada sistem pernapasan manusia, paru-paru adalah organ yang memiliki peran penting dalam proses pertukaran oksigen dari udara dan karbon dioksida dari darah. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk senantiasa menjaga kesehatan paru-paru agar fungsinya tetap terpelihara. Sayangnya, tidak menutup kemungkinan paru-paru bisa rusak karena kondisi-kondisi tertentu sehingga perlu digantikan dengan yang baru. Nah, metode penggantian paru-paru ini disebut dengan transplantasi atau cangkok paru.

Apa itu transplantasi paru?

Transplantasi paru atau cangkok paru adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengganti paru-paru yang sudah rusak dengan paru-paru yang sehat.

Paru-paru yang berfungsi dengan sehat dan normal ini biasanya didapatkan dari orang yang sudah meninggal. Namun, hal ini tentunya dilakukan dengan persetujuan pendonor sebelum meninggal.

Pada kasus yang langka, orang yang masih hidup juga bisa mendonorkan paru-parunya selama memiliki kecocokan dengan penerima donor organ.

Tergantung pada kondisi kesehatan pasien, cangkok paru dapat dilakukan pada salah satu atau kedua bagian paru-paru.

Terkadang, prosedur ini juga dilakukan bersamaan dengan transplantasi jantung.

Meski prosedur ini tergolong berisiko tinggi, transplantasi paru-paru yang berhasil tentunya akan meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup pasien secara signifikan.

Kapan prosedur ini perlu dilakukan?

Transplantasi paru dapat menjadi pilihan apabila kondisi kesehatan pasien tidak kunjung membaik walaupun sudah menjalani berbagai macam pengobatan.

Paru-paru yang rusak akan membuat pasien kesulitan bernapas. Tak hanya itu, kekurangan oksigen pada tubuh juga dapat memengaruhi kinerja organ tubuh lainnya.

Beberapa masalah kesehatan yang berkaitan dengan kerusakan paru-paru adalah:

    penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),

    emfisema,

    luka pada paru-paru (fibrosis paru),

    hipertensi paru-paru, dan

    fibrosis kistik.

Namun, tidak semua orang boleh menjalani prosedur penggantian paru-paru ini. Beberapa faktor yang membuat pasien tidak disarankan untuk menerima transplantasi adalah berikut.

    Memiliki penyakit infeksi yang masih aktif.

    Pernah atau sedang menderita kanker.

    Mengidap penyakit kronis pada ginjal, hati, atau jantung.

    Penyakit paru-paru yang diderita sudah terlalu parah.

    Enggan mengubah gaya hidup setelah transplantasi paru, seperti berhenti merokok dan minum alkohol.

    Menderita gangguan psikologis atau ketergantungan obat-obatan.

Apa yang harus dipersiapkan sebelum prosedur transplantasi paru?

Persiapan transplantasi paru biasanya sudah dimulai jauh sebelum hari operasi dimulai. Prosesnya dapat memakan waktu beberapa minggu, bulan, bahkan tahun.

Sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur ini, tim medis akan meninjau ulang riwayat penyakit yang pernah diidap serta kondisi kesehatan fisik dan mental pasien.

Tim medis juga akan membahas apa saja risiko serta manfaat yang akan didapat setelah melewati prosedur pembedahan ini.

Mencari donor organ yang tepat

Ketika dokter telah memastikan pasien perlu dan boleh menjalani prosedur cangkok paru-paru, nama pasien akan didaftarkan untuk menunggu donor organ.

Mencari paru-paru yang tersedia untuk didonorkan sering kali merupakan tantangan tersendiri bagi pasien.

Pasalnya, tidak selamanya jumlah pendonor paru-paru berbanding lurus dengan daftar antrian calon penerima donor.

Apabila ada donor paru-paru yang tersedia, pasien juga tidak bisa serta-merta langsung menjalani operasi.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk memastikan paru-paru cocok dengan tubuh pasien penerima donor, seperti:

    golongan darah,

    ukuran paru-paru pendonor dan rongga dada penerima donor,

    kondisi kesehatan penerima donor, dan

    jarak tempat tinggal pendonor dan penerima donor.

Seperti apa proses transplantasi paru?

Sebelum operasi, akan dibentuk tim medis khusus yang terdiri dari dokter spesialis paru-paru, ahli anestesi, dokter bedah, dokter spesialis infeksi, hingga psikolog atau psikiater.

Jika paru-paru yang akan didonorkan sudah tersedia, pasien akan segera dihubungi dan diminta ke rumah sakit secepat mungkin.

Menurut laman National Heart, Lung, and Blood Institute, operasi penggantian sebelah paru-paru memakan waktu 4-8 jam.

Sementara itu, jika kedua paru-paru perlu ditransplantasi, operasi akan membutuhkan waktu sekitar 6-12 jam.

Berikut adalah beberapa langkah yang akan dilewati selama prosedur transplantasi paru-paru berlangsung.

    Pasien akan dipasangkan selang di hidung dan tenggorokan untuk membantu pernapasan.

    Tim medis akan memberikan obat anestesi umum atau bius total sehingga pasien tertidur dan tidak merasakan sakit.

    Tergantung pada kondisi kesehatan pasien, tim medis juga akan memasangkan mesin bypass jantung dan paru-paru agar aliran darah tetap mengalir dengan normal selama operasi.

    Dokter bedah akan membuat sayatan di dada sebagai jalur pengangkatan paru-paru.

    Setelah paru-paru yang rusak diangkat, paru-paru yang baru akan diletakkan dan dihubungkan dengan saluran pernapasan serta pembuluh-pembuluh darah pasien.

    Apabila paru-paru yang baru berfungsi dengan baik, sayatan pada dada akan kembali ditutup.

Sesudah prosedur transplantasi paru

Begitu operasi paru-paru selesai, pasien akan dibawa ke unit perawatan intensif atau ICU selama beberapa hari.

Agar sistem pernapasan berjalan dengan lancar selama pemulihan, tim medis akan memasangkan mesin ventilator.

Jika kondisi pasien mulai membaik, pasien akan dipindahkan dari ICU ke kamar biasa. Masa rawat inap di rumah sakit setelah transplantasi paru biasanya memakan waktu 1-3 minggu.

Bila pasien sudah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit, pasien tetap harus menjalani kontrol rutin selama 3 bulan.

Hal ini penting untuk memastikan apakah paru-paru yang baru berfungsi dengan baik serta mengecek adanya komplikasi pasca-operasi.

Apa saja risiko dan efek samping transplantasi paru?

Transplantasi paru adalah operasi yang berisiko tinggi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi, serta tubuh menolak organ yang baru.

Meski terdapat pemeriksaan kecocokan paru-paru pendonor dan penerima donor, akan tetap ada kemungkinan sistem imun tubuh penerima donor menolak paru-paru yang baru.

Oleh karena itu, dokter biasanya memberikan obat-obatan imunosupresan (penekan sistem imun tubuh) seperti cyclosporine setelah operasi guna mencegah penolakan organ transplantasi.

Obat imunosupresan ini perlu dikonsumsi seumur hidup. Sayangnya, ada beberapa efek samping dari obat tersebut, seperti:

    kenaikan berat badan,

    masalah pencernaan,

    rentan terkena infeksi, terutama di paru-paru, dan

    lebih berisiko terkena penyakit kronis baru, seperti diabetes, osteoporosis, atau hipertensi.

Apa perawatam setelah menjalani prosedur ini?

Penting bagi setiap pasien transplantasi untuk melakukan beberapa perubahan gaya hidup agar fungsi paru tetap berjalan dengan baik dan pasien bisa menjalani hidup dengan normal.

Berikut adalah beberapa perubahan pola hidup yang perlu diterapkan.

    Rutin mengonsumsi obat imunosupresan dari dokter.

    Mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi.

    Berolahraga untuk menjaga berat badan normal.

    Menghindari rokok dan minuman beralkohol.

Bergabung dengan komunitas (support group) sesama penerima transplantasi organ untuk meringankan beban psikologis pasca-operasi.

Ikuti informasi terbaru dan cerita para pejuang COVID-19 di sekitar kita. Ayo gabung komunitas sekarang!

10

Topik

226

Postingan

4.7k

Anggota

error: Content is protected !!
Exit mobile version